Saturday, December 27, 2008

Bernafas Dalam Lumpur Jilid 2


Jerit pilu puluhan keluarga yg kehilangan rumah dan mata pencahariannya belumlah hilang dari tanah Sidoarjo ketika lumpur yang nggak di undang menenggelamkannya. Upaya untuk mendapatkan ganti rugi atau kompensasi terkatung-katung seperti bulu angsa yang di tiup angin. Perdebatan ahli geologi, demonstrasi massa, masihlah belum cukup untuk memberikan rasa keadilan bagi mereka yang sampai saat ini, 2.5 tahun lebih, penderitaan itu masih menggelayuti pundak-pundak korban. Kejadian itu 2.5 tahun lalu, 27 Mei 2006, ketika Gempa Jogya di jadikan kambing hitam atas keluarnya lumpur di pengeboran Banjar Panji 1. Seandainya Si Gempa bisa memberikan kesaksian; Si Lumpur bisa memberikan pembelaan; persoalan berkepanjangan yang mengakibatkan penderitaan ribuan warga Sidoarjo bisa cepat di selesaikan.

Kini, kejadian yang (mungkin) bisa berakibat sama, muncul di lain tempat. 26 December 2008, 3 buah titik semburan lumpur di pengeboran sumur Lengowangi 2 muncul. Kegelisahan masyarakat sekitar akan nasib mereka yang bisa seperti saudara-saudara di Sidoarjo, kini menghantui pikiran. Meski lumpur yg di Lengowangi 2 ini tidaklah sebesar semburan di Sidoarjo; tapi hanya soal waktu saja; hanya kecepatan peluberannya yg lambat; namun jika tidak bisa di hentikan; lautan lumpur bisa menenggelamkan rumah-rumah mereka. Menenggelamkan mata pencaharian mereka. Menenggelamkan sekolah-sekolah tempat anak-anak mereka belajar. Menenggelamkan tempat-tempat ibadah mereka. Bahkan bisa menengelamkan rasa tanggung jawab orang-orang yg harusnya bertanggung jawab pada penderitaan mereka.

Kali ini, Si Gempa atau sejenisnya tidak terlibat, mereka lelah di jadikan kambing hitam.

Semoga penderitaan saudara-saudara kita di Sidoarjo tidak terjadi pada saudara-saudara kita di Gresik.

No comments: